SYARAT-SYARAT BERDAKWAH :

             
  1. Insyaf
Maknanya jika kamu tidak tahu maka bilang tidak tahu, tidak malu bertanya disaat tidak tahu (tidak ngarang). Tidak malu  Untuk mengatakan tidak tahu jika memang tidak tahu, karena ilmu adalah amanat.
Dalam hal ini seorang DAI pemula harus membawa notes/buku untuk mencatat hal-hal yang tidak diketahui untuk ditanyakan atau untuk mencatat pengetahuan yang baru ditemukan.

  1. Hikmah
Menyampaikan dakwah dengan penuh kebijaksanaan seperti dokter yang memberikan obat dengan dosis yang tepat, artinya, didalam berdakwah seorang ustadz harus memahami lingkungan, keadaan, tempat, pengetahuan  serta budaya yang melekat pada umat agar dakwah yang kita sampaikan tepat sasaran.
Hikmah yang sesungguhnya  Bukan berarti kita harus keras saja/lembut saja, tetapi hikmah itu harus sesuai dengan keadaan orang yang diajak. Itu adalah hikmah yang diajarkan Rasulullah dengan Bil Hikmati .
Hikmah ini lebih menunjukan perilaku atau hal (menekankan makna dakwah) seorang DAI

           
  1. Mau’idhoh Khasanah
Dakwah dengan kalimat indah, menyentuh hati dan menarik. Tidak perlu mencaci/menghantam.  Dan hindarilah :
a.       Kalimat yang kasar
b.      Kalimat yang jorok

  1. Menjadikan dirinya orang yang pertama diajak bicara
Hal ini menjadikan kita mudah untuk memberikan contoh yang kongkrit (nyata). Menghadirkan diri kita menjadi orang yang pertama yang terkena masalah itu, menjadi koreksi diri.

  1. Jadikan orang lain sebagai lahan pahala
Inilah yang menjadikan seorang DAI tabah, istiqomah dan faham . karena bisikan syetan itulah  yang menjadikan seorang DAI tersebut ingin mencari uang, jabatan dan yang lainnya menjadikan kita tidak bisa istiqomah.
Jangan merasa bersih, dan hindarkan kalimat-kalimat yang mencaci dan  merendahkan dakwah.
Dan jangan lupa sebelum dakwah membaca :
اَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمْ
Jika kita ingin dakwah ditengah-tengah masyarakat yang tenggelam dalam kemaksiatan maka :
a.       Akhlaknya harus baik atau sekiranya mereka jatuh hati dulu kepada kita, berdakwaklah dulu pada keluarga dan orang disekitarmu lebih  baik
b.      Jangan ngomong sampai kamu diminta untuk ngomong.

  1. Senantiasa memohon kepada Allah dan  mendo’akan orang lain
Hal ini yang sering dilupakan oleh para DAI karena mereka lebih mementingkan materi dan teori dakwah.
Dan dianjurkan kepada para DAI sebelum berdakwah untuk menunaikan shalat dua rakaat (jika dimasjid maka sholat tahiyatul masjid, jika di majlis maka sholat hajat)

  1. Lihatlah orang lain dengan mata kasih sayang dan jangan melihat dengan mata merendahkan, maka disaat menyampaikan dakwah orang tidak tersinggung.
Yang harus diperhatikan saat memasuki majlis :

1.      Jika memungkinkan bersalaman maka bersalaman . kita harus perhatian dengan para jama’ah walaupun dengan isyarat, jangan sampai ada kesan sombong kepada jama’ah.
Cara bersalaman tidak harus mencium tangannya, akan tetapi jika ada ulama maka kita harus menciumnya, walaupun seandainya dia ulama local dan kita adalah ulama nasional.
2.      Jangan menuju tempat yang paling terhormat, karena akan menimbulkan kesombongan, kita harus berfikir bahwa ada orang yang lebih berhak duduk ditempat tersebut.
3.      Jangan mudah menerima menjadi imam di masjid orang lain, sifat tawadhu kita harus selalu tampak. tawadhu’ dhohir, dakwah harus karena Allah. Imam Nawawi menyinggung “ jaga mata dari pandangan yang tidak terhormat pada orang lain” karena ada mata sombong, jangan melirik, selalu jaga pandangan jika berlawanan jenis, hindari kalimat-kalimat kasar (goblog, bodoh, bahlul) apalagi kalimat jorok. Jangan membuat orang tertawa dengan dakwah kita, kita bisa berdakwah tanpa membuat orang tertawa, jangan mempermainkan Hadits/Al-Qur’an karena itu akan mengambil barokah dakwah kita. Kita harus menjadi ulama yang mutamayyiz (berbeda) dan jangan lupa mendoakan jama’ah, yaitu doa yang serius dan bukan basa-basi.
4.      Jangan ragu untuk mencari koreksi dari murid-murid sendiri. Kita harus siap dikoreksi dan jangan marah jika dikoreksi.

Bagaimana menyusun materi dakwah :

1.      Kumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
2.      Kumpulkan Hadits
3.      Kumpulkan perkataan ulama dan upayakan semua itu dengan bahasa arab dan terjemahnya walaupun cuma 1 ayat.
4.      Tekankan masalah yang ingin dibahas, fokuskan dalam membicarakan topik/problem baru kemudian kita tawarkan solusinya.
Contoh : kalau kamu berbicara tentang masalah riya’,  kamu tekankan bahayanya riya’, akhirnya orang menganggap ini adalah penyakit yang paling berbahaya. Dan dalam memberikan solusi, ikut sertakan dirimu sebagai orang yang mendapatkan solusi.  Misal kita jadi ustadz, maka yang harus sering  kita bahas adalah riya’nya ustadz sebelum riya’nya jama’ah, pejabat dll. Baru kita bicarakan riya’nya orang lain, agar jama’ah  tahu bahwa ustadz saja butuh solusi, maka jama’ah juga lebih butuh.
Ustadz harus lebih pintar ilmu psikologisnya dari orang psikolog, dan ustadz juga harus punya kepekaan, kecakapan terhadap jama’ah, dan juga kepekaan terhadap pertanyaan